Aku tak
mau mengingatnya lagi, bahkan saat-saat pertemuan indah itu.
3 tahun lalu…
Pertama kali
dirinya hadir dalam hidupku pun, keberadaannya menyita perhatianku. Seorang
anak pindahan asal luar pulau jawa. Kulitnya putih, wajahnya tampan dan bersih.
Tak heran, hampir seluruh teman cewek dikelasku langsung membicarakannya saat
istirahat di hari pertama dia masuk sekolah ini.
“Anak
barunya ganteng ya! Siapa deh namanya?” kudengar suara dari sebelah mejaku saat
istirahat siang ini. Apa? Anak kelas lain pun sudah tahu tentangnya. Aku yang
keheranan pun merasa jenuh dengan topik pembicaraan ini. Nggak dikelas, nggak
dikantin, Bayu –anak baru itu telah menyedot perhatian seisi sekolah dengan wajahnya
yang memang tak diragukan lagi ke tampanannya.
Sampai
saat itu, aku tidak berpikir bahwa aku akan tertarik padanya. Hanya saja
berbulan-bulan setelahnya, kami ditakdirkan untuk saling mengenal diri satu
sama lain. Kami –dengan tidak diduga-duga selalu berada dalam satu kelompok, baik
tugas wawancara, riset, percobaan, karya sastra, apapun.
Aku mulai
mengenalinya. Memahami sikapnya, mengerti gerak-geriknya. Hingga kurasakan
sesuatu luruh dalam hatiku. Membuat jantungku berdegup tak keruan tiap dia
menatap kedalam bola mataku. Membuat wajahku memanas saat senyumnya hanya tertuju
padaku. Membuat bibirku mengulum senyum begitu saja saat menyadari
keberadaannya disisiku.
Aku jatuh
cinta. Dan kusadari dia pun merasakan hal yang sama.
2 tahun setelahnya…
Aku, Bayu,
dan beberapa teman OSIS ku sedang menyelesaikan tugas mendekor untuk acara
ulang tahun sekolah kami. Akhir semester ganjil saat kami menduduki bangku
sekolah tingkat akhir di SMP. Hari sudah terlalu sore, kami pun hampir
menyelesaikan hiasan untuk acara lusa.
“Bisa
nggak, Ra?” tanya nya. Aku yang sedang menggunting kertas krep warna-warni pun
menyunggingkan senyum sombong. Bayu pun tertawa seketika. Jantungku seakan
melompat keluar rongga dadaku. Selama kami menyelesaikan tugas mendekor, ia
selalu memberikan komentar-komentar singkat atas apapun yang aku perbuat.
Bayu
memperhatikanku. Dan itu membuat hatiku senang. Bahkan, malam ini dia
mengantarku pulang kerumah. Tak biasanya. Ternyata, sebuah kalimat yang
membuatnya menunduk menahan malu inilah yang menjadi tujuannya mengantarku malam
ini.
“Kiara, lo
mau jadi cewek gue?” dengan canggung dan muka yang memerah aku mengangguk
malu-malu. Tak terbendung rasa bahagiaku saat itu. Tak bisa kujelaskan perasaan
haru dalam diriku.
Dengan
tidak disengaja, aku telah mematahkan hati semua cewek di sekolahku yang
mengharapkan cinta Bayu. Dia kini miliku.
Kami
selalu bersama. Cinta kami terlalu kuat.
Setahun berlalu…
Kami terus
bersama. Seakan, dia adalah milik ku selamanya dan begitu pun sebaliknya. Aku
sangat mencintanya dan Bayu pun begitu. Dia selalu berada didekatku. Kami pun
dengan tidak diprediksi masuk ke SMA yang sama. Begitulah, sampai orang tuaku
pun sudah mempercayai Bayu sepenuhnya.
Bayu
selalu mengutarakan perasaan cintanya kepadaku. Dia memang orang yang
blak-blakan. Terkadang aku merasa malu akan tingkahnya yang begitu spontan
bahkan didepan teman-temanku.
“Kiara,
kamu mau nggak nikah sama aku?” ucapnya seraya berjongkok di hadapanku.
Teman-teman sekelas menyerukan guyonan yang sudah pasti bisa kalian tebak. Dia
baru saja kalah dalam permainan kartu Poker. Bayu memilih dare, dan anak sekelas pun menyuruhnya melamarku.
Tanpa ragu
dia mengucapkan kalimat itu didepan anak sekelas. Wajahku memerah tak karuan.
Bayu. Dengan sikap nya yang seperti ini, haruskah aku meragukan rasa cintanya?
Hampir 2
tahun berjalan. Tiada yang salah, hanya kurasakan perasaan itu yang mulai memudar.
Aku tak
tahu mengapa. Kami sudah terbiasa dengan hubungan yang putus-nyambung. Aku
sudah terbiasa menangis karenanya. Bahkan, sudah pasti ditebak kami akan
balikan lagi seperti sedia kala. Namun putusnya hubungan kami malam ini
berbeda. Baru tadi pagi dia mengirimiku SMS:
kiara, aku sayang bgt sm kamu.
Jgn tinggalin aku ya.
I love you so much :*
Lalu apa
yang salah? Malamnya dia meneleponku dan berkata bahwa semua sudah berakhir.
Apa maksud SMS nya tadi pagi? Apa salah ku? Aku tak pernah mengerti.
Saat aku
menuntut penjelasan darinya, dia seperti menjauh. Kemana perginya Bayu yang
selalu mencintaiku? Kemana perginya Bayu yang selalu ada disampingku?
Air mataku
bahkan sudah tak dapat menetes lagi. Hampir tiap malam aku tak bisa memejamkan
mataku dengan tenang. Walaupun kucoba tegar dengan semua ini, tak dapat ku
pungkiri hatiku terluka terlalu dalam. Dia berubah. Aku tak pernah mengenali
sisi Bayu yang sekarang ini. Aku merasa dibohongi. Cintaku yang dalam ini
seperti dicampakkan kedalam panasnya bara api dan langsung membakar seluruh isi
hatiku.
Hatiku
remuk. Syaraf di mataku telah lelah menangis. Tak ada makanan yang dengan mudah
melewati kerongkonganku. Hatiku masih
terluka, jiwaku masih bertanya-tanya, namun semua penatku ini tak dapat
kubendung seorang diri yang kini malah membuatku jatuh sakit.
Hanya
karena cinta. Ironis. Teman datang silih berganti menghiburku. Kehadiran mereka
dapat membuatku tertawa lagi. Dapat menyembuhkan luka hatiku walaupun sedikit demi
sedikit. Kuharap aku tak pernah mengenal Bayu dan seluruh pengakuan cintanya.
Ternyata
dia, yang merubah Bayu sampai sejauh ini.
Cewek
dengan paras manis itu memang sering disebut oleh Bayu. Namun tak pernah menimbulkan
kesan bahwa dialah yang menyebabkan celah besar antara aku dan Bayu. 3 tahun
lamanya kami menyatukan rasa sayang ini, dengan mudahnya cewek itu merenggut
semuanya dariku.
Tanpa
merasa bersalah, cewek itu merebut Bayu dariku. Dia hebat. Dia berhasil merobohkan
cinta Bayu untuk ku. Cinta yang mungkin akan sangat sulit untuk dirobohkan oleh
apapun. Cinta yang dibangun dari fondasi awal yang kuat. Tetapi, hanya dengan
satu kekuranganku saja, cewek itu meluluh lantakan tembok besar itu dan kini menyisakan
lubang besar, dalam, yang menganga luas.
Aku membenci
cewek itu dengan sendirinya. Bukan kah itu wajar? Aku membenci hubungan mereka
yang terbina 4 hari setelah hubunganku dengan Bayu kandas. Aku membenci cewek
itu. Aku membenci mereka berdua.
Cukup. Aku
tak mau terus menerus terjebak dalam jurang gelap tak berarah ini.
Kini ku sepenuhnya
mengerti. Tak semestinya aku menggantungkan angan-angan ku di bahunya. Tak
seharusnya aku mengharapkan semua ini pada dirinya. Tak seharusnya aku merasa
dialah satu-satunya. Kami masih 17 tahun. Apa yang aku harapkan pada Bayu yang
juga seorang remaja labil? Kepercayaannya kah? Kesetiaannya kah? Atau cintanya?
Semakin
kami mencoba untuk lebih dekat , cinta sendirilah yang malah menjauhkan kami. It’s over. There’s no one to blame.
Tuhan
selalu meberikan orang yang salah sebelum akhirnya benar-benar mengirimkan kita
orang yang tepat. Itu karena Tuhan ingin kita untuk berpikir positif dan memandang
segalanya dengan mata terbuka.
Bayu?
Mungkin dia mendapatkan orang yang menurutnya lebih baik daripada diriku.
Sedangkan aku? Aku belajar banyak makna kehidupan. Dalam kasus ku, aku menemukan
arti dari sebuah hubungan yang di paksakan. Perasaan takut yang pernah muncul
dan selalu kucoba untuk menepisnya. Aku belajar memahami arti kedewasaan, meskipun
harus dimulai dengan hal sekecil dan serumit: CINTA.
soooo, how's that? terrible-_- heyyy I'm just a beginner, kay? hope you really really enjoy it. cause it's a really-really-my-own-making-short-story!!!!!! see yaaaa :)
lots of love for y'all ♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar