Bikin gue galau padahal nggak mau. Gue juga nggak tahu kenapa.
Dulu, mungkin rasa itu masih ada. Seiring berjalannya waktu gue tahu kok rasa itu perlahan menghilang dari dia.
Tapi gue nggak pernah menyalahkan waktu.
Seutuhnya bukan karena waktu, tapi takdir.
Ulang, itu semua karena takdir. (tolong garis bawahi ya)
Pertamanya ada sedikit harapan yang muncul kepermukaan sejak pertemuan kita kembali. tapi gue tahu, udah nggak ada yang bisa dikenang lagi.
Udah nggak ada alasan bagi dia untuk suka sama gue lagi. Gue nggak tahu apa yang terjadi selama ini dihidupnya dan gue cukup tahu untuk nggak mencari tahu (ngerti kan ya?).
Gue mulai malupakannya –lagi.
Nggak peduli dengan semua yang ada, karena menurut gue jalan nya emang udah beda.
And, I did. Gue bisa lupain dia tanpa ada sedikit pun kenangan yang tersisa.
Ngelupain dia nggak se-galau yang gue kira. Ini lebih mudah dari yang gue bayangkan.
Gue masih bisa ketawa bareng temen-temen gue dan menjalani semua dengan biasa aja.
Masa manis yang udah lalu lama banget itu seakan udah terDELETE dari otak gue bahkan dari recycle bin nya juga.
Ya. Ini emang gampang.
Nggak usah pake orang lain untuk ngelupain nya.
Tapi, saat sesuatu itu mengusik gue. Sebenernya bisa aja sih. Cuma ada sedikit perasaan bahwa itu nggak mungkin terjadi. Bukan karena iri, tapi karena sesuatu hal lain yang nggak etis kalu gue jelasin disini.
Separoh hati gue bilang nggak percaya dan seperapatnya bilang mungkin. Seperapatnya lagi? Pada golput. Ngseselin emang.
Tapi balik lagi kayak tadi, gue nggak tahu apa yang terjadi selama kita berpisah selama ini kan? apa yang berubah dari dirinya dan pasti nggak gue ketahui.
Gue cukup yakin bahwa dia emang berubah.
Pas gue cerita ke sahabat gue. Dia bilang wajar. wajar, men WAJAR.
apa? yang pagi-pagi terbit? itu FAJAR kampret. *krik*
Yang namanya pernah suka pasti nggak akan rela ngelepas kayak gini.
Gue Cuma ngerasa, nyes, yaudahlah. Mau diapain lagi. Itu pilihan dia dan gue nggak mau ikut campur atau terlalu musingin.
Udah gue coba untu biasa aja. Tapi tetep aja rasa galau yang kampret ini nggak mau biarin gue sendirian ngejalanin hidup. Yang bangkenya lagi itu member efek pada pilihan lagu yang gue dengerin.
All about galau.
Oh, God.
Please, bantu gue artiin kata move on yang sampai saat ini belom bisa gue maknai dengan bener. Arti dari kata sayang yang gue nggak ngerti kapan rasa ini mulai pudar.
Beda dari rasa cemburu dan penasaran. Beda dari rasa yang hilang atau emang nggak bisa suka lagi (menurut gue itu adalah perbedaan).
Gue masih nggak ngerti, sampai kapanpun nggak ngerti. Mau benci dia juga nggak ngerti bisa apa engak. Mau lupain nggak tahu deh udah lupa apa nggak. Mau nganggep gaksuka tapi gaktahu deh masih suka apa enggak.
Move on.
Move on.
Move on.
Padahal menurut gue, gue nggak usah move on. Toh gue nggak mau peduli lagi sama dia.
It’s just like: ELOOH. GUEEH. END!!
I’ll never understand what I’m feeling right now. Maybe, move on is just like a reason for me to forget him. Forget him forever. Forget him from my heart and mind. ‘cause a guy like him will never fall for a girl like me again, NOW.
It’s completely over. Yeah, really over. There’s no way to look back.
“cause only with you, can I move on?” –Bruno Mars.
“we’re venus and mars. We’re like different stars. But you’re the harmony to every song I sing. And I wouldn’t change a thing..” –Demi Lovato and Joe jonas
Kamilla yg sedang patah hati (?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar